Makan Murah dan Kenyang di Ampera Bukan Dia

Foto Harian Singgalang
×

Makan Murah dan Kenyang di Ampera Bukan Dia

Bagikan opini

Ampera selama ini identik dengan nama jembatan di Palembang, Sumatera Selatan, tapi tahukah kamu bahwa Ampera juga merupakan sebutan untuk rumah makan di Padang loh.

Warung nasi Ampera juga bisa disebut versi lain dari rumah makan Padang, dikarenakan cara penyajiannya yang berbeda, cara penyajian di warung nasi Ampera yaitu nasinya langsung atau dicampur dengan menu lauk pauk dan sayuran. Pembeli Warung Nasi Ampera perlu memilih lauk yang mau dia pesan kepada penjual dan menunggu di tempat duduk, karena makanan yang dipesan akan datang.

Walau cuman warung nasi, warung nasi Ampera juga harus memiliki manajemen keuangan mereka, agar bisa mengelola dana perusahaan dengan baik, dan dapat dengan stabil menjalankan perusahaan tanpa harus mengalami kerugian yang besar.

Ternyata ada salah satu Ampera di Kota Padang yang cukup unik cara pelayanan dan penyajianya, namanya adalah Ampera Bukan Dia, salah satu Ampera yang terletak di kota Padang, lebih tepatnya ada di Jl. Dr. Moh. Hatta kecamatan No.90, Kapala Koto, Kec. Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat 25176.

Baca juga: Batik Tanah Liek

Ampera Bukan Dia ini didirikan pada tahun 2014 oleh Pak Erwin dan istrinya, istrinya bekerja di dapur untuk memasak lauk lauk yang akan dijualkan, sedangkan Pak Erwin bertugas untuk membeli bahan bahan dapur dan membantu istrinya, pada saat itu.

Ampera ini biasanya akan ramai pengunjung pada saat waktu Isoma (istirahat,sholat,makan), dikarenakan letaknya yang strategis dan terletak di area kos kosan, dan juga karena dekat dengan kampus UNAND, warung nasi Ampera ini sering kali diisi oleh para mahasiswa dan para karyawan yang sedang ingin makan kenyang dan murah. “Dengan harga Rp,10.000,00 dapat membantu banyak mahasiswa yang sedang kelaparan”, ucap El, salah satu mahasiswa UNAND yang sedang membeli nasi di Ampera Bukan Dia. Warung Nasi Ampera Bukan Dia ini menggunakan sistem Prasmanan dalam penyajian dan pelayanannya, yang berarti pembeli dapat mengambil 1 lauk apapun dan bisa mengambil nasi, sayur, dan kuah sesuka hati mereka, tidak jarang pembeli yang makan disana mengambil nasi hingga piring mereka penuh dan kuah yang sangat banyak untuk mengisi perut mereka yang kelaparan, itu semua cuman dengan harga Rp.10,000,00, yang dimana untuk para mahasiswa merupakan harga yang sangat murah untuk sepiring nasi penuh dan satu lauk, bahkan mungkin di rumah makan padang yang lain untuk porsi sebanyak itu akan di pungut biaya sekitar Rp.18,000,00-Rp,20,000,00.

“Harga Rp,10.000,00 ditetapkan karena melihat pasar Ampera ini, yaitu lingkungan UNAND yang dimana di dominasi oleh mahasiswa mahasiswa yang tinggal ngekos di daerah sekitar sini.”, Papar pak Erwin selaku owner dari Ampera Bukan Dia.

Pak Erwin juga terinspirasi dari para pedagang China, yaitu lebih mengutamakan kuantitas yang terjual dari pada keuntungan yang besar, hal itulah yang diterapkan oleh Pak Erwin di Ampera Bukan Dia Ini, “Bapak memang hanya mendapat untung yang kecil dari satu porsi yang bapak jual, tapi karena jumlah terjualnya banyak, jadi ya omsetnya juga banyak yang didapat”, tambah Pak Erwin.

Untuk manajemen keuangannya sendiri masih menggunakan cara tradisional, yaitu dengan membelanjakan setiap keuntungan kotor perharinya, untuk digunakan membeli keperluan ampera di hari berikutnya, seperti keperluan dapur, biaya listrik, gaji karyawan,dan lain lain, barulah sisa dari keuntungan kotor itu yang dijadikan profit oleh owner dari ampera bukan dia ini, Pak Erwin tidak ingin menggunakan metode manajemen keuangan tertentu, karena beliau merasa bahwa hal itu hanya akan mempersulit segala hal, dan hanya menghabiskan waktu. Omset perhari dari Ampera Bukan Dia ini bahkan dapat mencapai Rp,9.000.000,00 perharinya, yang berarti sekitar Rp,270.000.000,00 perbulan untuk keuntungan kotornya, Ampera ini bahkan dapat menghabiskan sekitar 300 kg beras, dan 100 ekor ayam perharinya.

“Walaupun omsetnya yang bisa dibilang besar, pengeluaranya pun juga besar, untuk beras saja pengeluaranya sekitar Rp,2.500.000,00 sehari, belum ayam 100 ekor, minyak, plastik-plastik dan keperluan yang lain.” Ucap Pak Erwin.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini