Laki-laki Itu...

Foto Harian Singgalang
×

Laki-laki Itu...

Bagikan opini

Dia pemuda yang cerdas. Setamat sekolah menengah atas, mendaftar di berbagai universitas. Hampir semua diterima. Lantaran orang tuanya tidak punya biaya, maka dia memilih akademi kepolisian.Sebenarnya itu bukanlah cita citanya. Dia ingin kelak menjadi insinyur tehnik perminyakan, bermimpi menjadi pengusaha minyak yang kaya.

Saat duduk di sekolah menengah atas, dia membaca sejumlah kisah raja-raja minyak dunia. Glamournya kehidupan mereka, merajut mimpinya untuk suatu saat bisa seperti itu. Saat itu dunia perminyakan memang sedang booming, sedang pesta pora. Media media rajin mengikuti pesta- pesta mereka di Paris, Milan, New York dan kota kota mode lainnya. Pesta mereka selalu dikelilingi wanita- wanita cantik dan top model kelas dunia.Laki-laki itu terpaksa mengubur mimpinya sejenak. Tapi asanya tak padam untuk menjadi orang sukses yang begelimang harta. Menjadi orang penting yang bisa mendapatkan banyak hal dengan uang. Jalan boleh saja berliku, menanjak, melereng atau berbatu, tapi ultimate goalnya jelas, tujuan tak berubah, pikirnya.

Setamat akademi kepolisian, dia mulai merintis karier. Kecerdasannya yang istimewa dan kemampuannya meyakinkan setiap atasan dimana dia ditugaskan membuat kariernya moncreng, melesat bak rudal Rusia.Hanya dalam waktu dua puluh satu tahun, satu bintang pecah di pundaknya. Dia bukan hanya perwira pertama yang pecah bintang diantara teman seangkatannya, tapi menyalip kakak-kakak angkatannya sampai dua tingkat.

Namanya pun kini mulai menghias halaman media dan juga berita berita koran elektronik. Wartawan menggadang- gadang laki-laki itu sebagai calon pimpinan tertinggi dalam organisasinya. Keberhasilannya mengungkap kasus-kasus besar yang menjadi trending topik dan issue publik yang luas, membuatnya makin bersinar bak Bintang Kejora. Dia memang sosok media darling.Kariernya sudah masuk jalan tol bebas hambatan. Saat bintang sudah 2 buah bertengger di bahunya, sebenarnya dia hanya menunggu saatnya tiba untuk menjadi orang nomor satu dalam kesatuannya. Secara dunia, sudah bisa di duga bahwa dia hanya menghitung hari untuk sampai kesana, karena pengaruhnya begitu kuat, cengkraman kukunya begitu dalam dan tentakel pengaruhnya begitu luas, bak gurita besar yang bisa melilit kemana-mana dan mampu menelan ikan hiu remaja.

Dia membaca banyak buku. Tapi yang paling digemarinya adalah karya karya Tsun tzu tetang dunia yang penuh siasat atau dunia intelijen. Filosof yang paling disukainya adalah Nicolo Machiaveli. Ada kalimat yang paling diingatnya dari filosof itu, bahwa pemimpin itu harus seperti singa, sehingga tak takut dengan auman serigala, tapi juga cerdik seperti kancil.Namun, pokesuksesan seringkali tanpa sadar membangun kesombongan. Sukses dan sombong kadangkala berbanding lurus. Ketika sukses menanjak, kesombonganpun meningkat. Sukses kadang juga membuat lepas kendali dan menghilangkan pikiran waras, karena merasa semuanya bisa diatur.

Sukses kadang menganggap semua kritik dan saran adalah pembangkangan, sementara puja dan puji adalah kesenangn dan bentuk ketaatan. Model seperti ini sudah ada sejak lama seperti di pertontonkan Firaun , hingga kisahnya dinukilkan dalam Alquran. Hamman adalah sosok pembantu setia Firaun. Yang selalu memuji dan memuja apapun dilakukn Firaun.Laki-laki itupun demikian. Kejahatan yang berulang-ulang dilakukan dengan menggunakan kekuasaannya tak satupun terungkap se-bagai kesalahan karena selalu didisain dengan rapi oleh bawahannya , seolah tindakan itu benar dan tepat. Bahkan kejahatan yang dilakukan kadang dianggap sebagai sebuah prestasi karena demikian pintarnya memoles melalui kebohongan yang beranak-pinak . Dan karena itulah, kebenaran kadang bukanlah kebenaran , melainkan kekuasaan.

Disuatu hari yang cerah di bulan Juli, laki laki itu kembali mendisain sebuah kebohongan dari kejahatan yang dilakukannya. Mulanya media mengangguk - angguk memahami penjelasannya. Media pun mengutip utuh keterangannya, seperti membenarkan, tapi kemudian masyarakat seperti mulai curiga karena ada sejumlah penggalan yang janggal dan tak masuk akal.Hari hari berikutnya orang mulai curiga dan kecurigaan itu terus bergulir makin meluas dan membesar. Suara-suara kritis bermunculan sampai ke sisi- sisi kekuasaan yang lebih tinggi.

Kebohongan menampakkan jejaknya yang hitam. Laki-laki itu mulai terpojok, dan kebenaran pelan-pelan mendekat kepada kemurniannya. Masa kejayaannya mulai goyang, skenario yang disusun bak mozaik, satu demi satu terlepas dari rangkanya hingga memperlihatkan kebusukan yang ada di dalam.Nasib malangnya telah tiba. Orang Minang berkata, malang sakijok mato, mujua sepanjang hari. Pohon kelapa itu pun rebah, koncek-koncek makin leluasa memanjatnya.

Dalam persidangan ya ng dinanti seribu mata dan diikuti jutaan manusia, laki-laki itù kelihatan tegar. Jalannya masih gagah dan patah-patah. Dia melangkah ke kursi terdakwa dengan tenang dan percaya diri. Tak tampak sedikitpun wajah menyesal dan sedih dalam rautnya. Pertanyaan- pertanyaan hakim dijawab dengan lantang, tegas, to the point. Dia menjawab apa adanya dan tak berbelit-belit. Ujung ceritanya di persidangan itu iya berkata. "Saya bertanggungjawab atas semuanya. Hukumlah berapa tahun saya mau di penjarakan."Laki-laki itu berkata kepada dirinya. Aku perwira dan karenanya aku adalah ksatria. Aku bukan manusia lemah. Perjalananku akan menjadi tontonan generasi sesudahku. Bila aku mati, aku takkan memelas meminta hiba. Laki -laki tidak menangis untuk dirinya. Laki-laki menangis buat orang lain. "Kalau akan mati ya mati juga, bukan karena belas kasihan." Dalam pikirannya selalu teringat penggalan

-penggalan syair Chairil Anwar orang Minang itu.... //aku ini binatang jalang, dari kumpulan yang terbuang/Tak perlu sedu sedan itu.... walau peluru menembus.... aku terus berlari//.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini