Pembelajaran Problem Based Flipped Classroom pada Mata Kuliah Algoritma Pemrograman

Foto Harian Singgalang
×

Pembelajaran Problem Based Flipped Classroom pada Mata Kuliah Algoritma Pemrograman

Bagikan opini

Oleh Elvira AsrilMahasiswa Program Doktor Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Di era disrupsi teknologi yang semakin canggih ini, pendidik maupun peserta didik dituntut memiliki kemampuan dalam bidang teknologi pembelajaran dan ini menjadi tantangan bersama. Sarana-sarana tersebut dapat digunakan secara maksimal, sebagai media dalam melangsungkan pembelajaran seperti di kelas, misalnya guru membuat konten video kreatif sebagai bahan pengajaran.Dalam hal ini, guru lebih persuasif karena membuat peserta didik semakin tertarik dengan materi yang diberikan oleh guru melalui video kreatif. Dengan media tersebut, maka secara tidak langsung kemampuan menggunakan serta mengakses teknologi semakin dikuasai oleh siswa maupun guru (Siahaan, 2020).

Kemajuan dan perkembangan teknologi memungkinkan terjadinya otomatisasi hampir di semua bidang. Teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan dunia fisik, digital, dan biologi secara fundamental akan mengubah pola hidup dan interaksi manusia (Tjandrawinata, 2016), begitu juga halnya di dunia pendidikan yang sifatnya sangat dinamis, yakni kurikulum dan proses pembelajarannya harus sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang dikenal dengan era industri 4.0 sebagai bagian dari revolusi teknologi yang akan mengubah cara beraktivitas manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya.Sebuah penelitian tentang pembelajaran algoritma pemrograman menunjukkan bahwa kesulitan yang dialami oleh mahasiswa adalah ketika berada pada tahap memahami permasalahan, mahasiswa tidak mampu menterjemahkan masalah tersebut dengan bahasa pemrograman, seperti menurunkan variable dan tipe data yang dibutuhkan. Dalam tahap writing (coding), beberapa masih kurang menguasai sintaks, sehingga terhambat dalam proses penyelesaian masalah. Dalam tahap review, kesulitan dihadapi adalah kurangnya penguasaan debugging, baik untuk membenarkan kesalahan penulisan maupun kesalahan logika atau algoritma. (Maryono, 2016).

Untuk itu dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang tepat, yang dapat meminimalkan persoalan dalam proses pembelajaran. Ada banyak strategi pembelajaran menggunakan masalah, tapi sebuah kunci untuk mendefinisikan karakteristik dari problem based learning (PBL), bahwa pengalaman siswa menghadapi masalah diawal proses pembelajaran sebelum kurikulum lainnya dimasukkan. Empat kunci karakteristik dari PBL adalah: masalah, tutorial PBL, proses PBL, dan Pembelajaran (Barret, 2017).Di sisi lain, terdapat juga sebuah model pembelajaran yang sangat memanfaatkan teknologi dalam prosesnya, yaitu model pembelajaran Flipped Classroom. Model pembelajaran Flipped Classroom adalah sebuah model pembelajaran, yakni peserta didik sebelum belajar di kelas mempelajari materi lebih dahulu di rumah sesuai dengan topik pembahasan dan terdapat tugas yang diberikan oleh dosen. Metode ini juga digunakan ketika ada mahasiswa yang tidak hadir di kelas karena sesuatu hal. Guru dan dosen bisa membuat video apa yang diajarkannya dan diberikan kepada yang tidak masuk kelas tersebut (Bergmann & Sams A, 2011). Konsep ini menjelaskan bahwa belajar terjadi dari aksi siswa dan pendidik hanya berperan dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. (Pierce & Jones, n.d.).

Penelitian ini mengelaborasi model pembelajaran problem based learning yang berfokus pada mahasiswa (student center learning), dengan flipped classroom yang mempunyai konsep pembelajaran terbalik, dimana mahasiswa mengkonstrak pengetahuan terlebih dahulu (belajar mandiri).Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model R&D Borg and Gall (Research and Development) yang disederhanakan dalam 4 tahap yaitu : (1) Studi Pendahulu dan Desain (b) Uji Coba Terbatas (c) Uji Coba Diperluas, (d) Impelementasi dan Diseminasi.

Penelitian ini telah menghasilkan model problem based flipped classroom pada mata kuliah algoritma pemrograman, dengan sintak model sebagai berikut: 1) Pre-class Learning. 2) Online Brainstorming 3) Self Asignment Study 4) Reporting 5) Brief Review 6) Evaluation.Tahap 2 sintak yaitu online brainstorming, memberikan fasilitas media komunikasi bagi mahasiswa untuk berinteraksi, bertukar pikiran menyampaikan persoalan dan kendala yang dihadapi sedangkan mahasiswa lainnya berpartisipasi dalam memberikan tanggapan atas persoalan tersebut.

Kemudian dilakukan pengujian terhadap model pembelajaran yang dikembangkan yaitu sintak, prinsip reaksi, sistem sosial, sistem pendukung, dampak instruksional & pengiring. Pengujian dilakukan dengan menguji validitas, praktikalitas dan efektivitas.Uji validitas dilakukan bersama dengan para pakar dibidang model pembelajaran, bidang ilmu komputer dan pemrograman. Uji validitas menggunakan Aiken’s V dan hasil skor rata-rata adalah 0,88 dan dinyatakan valid.

Untuk praktikalitas dilakukan ke beberapa dosen dan mahasiswa. Setelah diuji didapati hasil rata-rata diatas 0,82. Maka dengan pengujian ini, dinyatakan bahwa model pembelajaran problem based flipped classroom adalah praktis.Dan pengujian terakhir adalah dengan mengukur efektivitas model pembelajaran problem based flipped classroom. Pengujian dilakukan terahadap 3 aspek yaitu afektif 4C, kognitif dan psikomotorik. Untuk mengetahui pada penelitian ini apakah terdapat perbedaan skor hasil pembelajaran, kelas eksperimen dengan penerapan model problem based flipped classroom pada mata kuliah algoritma pemrograman sedangkan kelas kontrol menerapkan model konvensional, maka dilakukan analisis uji independent sample t test/uji-t.

Hasil uji-t yang diperoleh hasil dari analisis uji t seperti menunjukkan skor t hitung sebesar 6,671 jika dibandingkan dengan harga kritis t-tabel untuk df 36 pada signifikansi 0.05 yaitu 1.68, maka diketahui bahwa t hitung > t tabel yang berarti bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis penelitian (Ha) diterima atau signifikan, yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar mahasiswa kelas eksperimen yang diterapkannya model problem based flipped classroom pada mata kuliah algoritma pemrograman lebih baik dari pada kelas kontrol diterapkanya pada model konvensional. Penilaian afektif pada penelitian ini dengan penilaian 4C yang bertujuan mengetahui Critical Thingking, Communication, Collaboration, dan Creativity, didapati hasil pada pengamat I masing-masing 77,7, 82,1 76,1 dan 85,6, sedangkan pada pengamat II masing-masing 78,7, 82,9, 76,8 dan 86. Adapun rata-rata kemampuan 4C dari kedua pengamat tersebut masing-masing 78,2, 82,5, 76,45 dan 85,8. Dari hasil kemampuan  4C tersebut terlihat aspek creativity lebih unggul. Efektivitas model problem based flipped classroom yang telah diukur meliputi aspek ranah afektif, kognitif, dan psikomotor pada mata kuliah algoritma pemrograman menggunakan media ed-link. Hasilnya terbukti model problem based flipped classroom lebih efektif. Maka disimpulkan bahwa model pembelajaran problem based flipped classroom telah dikembangkan dan dinyatakan valid, praktis dan efektif.Artikel ini ditulis berdasarkan disertasi untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Doktor Pendidikan Teknologi dan Kejuruan dengan promotor (1) Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M.Ed., Ph.D., dan (2) Dr. Fahmi Rizal, MPd. MT.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini