Pengembangan Model Pembelajaran Membaca  Permulaan Berbasis Story Book Reading 

Foto Harian Singgalang
×

Pengembangan Model Pembelajaran Membaca  Permulaan Berbasis Story Book Reading 

Bagikan opini

Oleh: LusianaMahasiswa Program Doktor Ilmu Pendidikan UNP

Artikel ini memaparkan tentang Pengembangan Model Pembelajaran Membaca Permulaan Berbasis Story Book Reading di Kelas 1 Sekolah Dasar sebagai penyelesaian Program Doktor (S-3) pada Program Studi Ilmu Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Padang.Keterampilan berbahasa merupakan kebutuhan yang sangat penting harus dimiliki setiap orang. Melalui bahasa seseorang dapat memahami apa yang terjadi  disekitarnya. Setiap orang memiliki kemampuan berbahasa yang berbeda-beda. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

Ruang lingkup keterampilan berbahasa (language art, language skill) dalam kurikulum sekolah biasanya mencakup empat segi yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah.Keterampilan membaca haruslah dimiliki oleh peserta didik sekolah dasar, karena hal tersebut akan berkaitan langsung dengan proses belajar peserta didik. Membaca buku yang benar bagi peserta didik kelas 1 merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya. Kegiatan pembelajaran membaca permulaan di SD kurang mendapat perhatian yang serius dari peserta didik. Peserta didik kelas awal Sekolah Dasar terlihat masih enggan membaca buku dan tidak tertarik membaca. Siswa masih mengalami kesulitan dalam belajar berbahasa, terutama dalam membaca. Hal ini terlihat bahwa masih banyak peserta didik yang  belum bisa membaca lancar.

Pembelajaran membaca yang dilakukan pada sekolah ini masih bersifat secara sederhana, alat peraga yang digunakan oleh guru sangat minim sekali, seringkali guru hanya mengandalkan buku tema. Padahal seperti diketahui bahwa peserta didik kelas 1 SD merupakan peserta didik  pada fase peralihan. Masa peralihan ini merupakan fase penting dalam meningkatkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan instrumen utama dalam melihat kesiapan anak untuk melanjutkan pendidikan ke SD.Kemampuan membaca yang dimiliki oleh peserta didik tidak memungkinkan dikuasai secara langsung, akan tetapi melalui proses. Proses tersebut dimulai dengan membaca permulaan. Tanpa memiliki bekal membaca permulaan maka membaca lanjut tidak bisa dikuasai peserta didik. Kemampuan  peserta didik  yang telah lancar membaca dengan sendirinya akan meningkatkan kemampuan pemahaman membaca mereka. Tujuan dari tahap membaca permulaan adalah untuk mengaktifkan pengetahuan peserta didik tentang subjek, untuk menyediakan persiapan bahasa apapun yang mungkin diperlukan untuk mengatasi bagian tersebut dan, terakhir untuk memotivasi peserta didik agar mau membaca teks. Proses ini yang akan dilakukan dalam proses membaca, sedangkan kemampuan mengidentifikasi bunyi dengan huruf (lambang bunyi) menuju penanaman kemampuan mengidentifikasi struktur bunyi dan struktur kata, dilakukan dalam proses membaca pelajaran membaca permulaan perlu dipersiapkan semaksimal mungkin oleh guru kelas 1. Guru perlu merancang pembelajaran membaca permulaan yang sesuai dengan karakter peserta didik. Dalam kata lain guru harus mampu menciptakan kondisi menyenangkan dalam pembelajaran.Hal ini nantinya akan menciptakan kebiasaan membaca yang menyenangkan bagi peserta didik.

Pembelajaran membaca permulaan sebaiknya diajarkan sejak dini dengan cara mengenalkan tulisan-tulisan yang konkret yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.Membaca permulaan adalah untuk membangkitkan, membina, dan memupuk minat peserta didik untuk membaca.Untuk mengatasi permasalahan siswa dalam membaca permulaan di SD, diperlukan sebuah model yang bisa menarik perhatian siswa untuk lebih aktif dalam membaca. Salah satunya menggunakan model story book reading. Story book reading merupakan model pembelajaran membaca menggunakan buku cerita sebagai media. Kegiatan story book reading adalah model pendidikan yang kuat untuk memberikan kesenangan membaca kepada anak-anak dan untuk secara aktif terlibat dalam keterampilan membaca yang muncul. Story book reading memberikan banyak peluang bagi anak-anak dan berhubungan kuat antara membaca buku cerita dengan keterampilan literasi. Kegiatan story book reading harus direncanakan dengan cermat agar buku yang dibaca anak berkontribusi dalam meningkatkan kemampuan berpikir, membayangkan, mendefinisikan dan mengungkapkan gagasan anak.

Story book reading adalah suatu kegiatan membaca buku bergambar, adalah media yang sangat populer ditemukan peserta didik di lingkungan sekolah. Sebagian besar peserta didik sebenarnya ingin larut dalam kisah –kisah yang menarik dan fantastik, untuk mengenali kata-kata dangan melihat, atau menebak digambar–gambarnya bukan dengan ucapan setiap kata. Anak-anak yang memainkan permainan story book reading melatih konsentrasi, mencocokkan pola dan meningkatkan kemampuan mengingat aktif.Pembelajaran membaca sebagai dasar untuk memperoleh ilmu pengetahuan, perlu diupayakan untuk mencari alternatif pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Melalui story book reading, peserta didik diharapkan memperoleh pengalaman belajar yang lebih bersahaja,menarik sehingga pembelajaran tersebut disenangi dan  diminati oleh peserta didik. Guru diharapkan memiliki kemampuan untuk membacakan buku cerita dengan gambar yang di sebut story book reading dapat menciptakan buku-buku bacaan yang menarik perhatian peserta didik untuk senang dalam proses belajar. Terutama proses dan isi pembelajaran, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia dalam pembelajaran membaca permulaan.

Kegiatanstory book reading, dimana kualitas percakapan akan tertanam antara guru dan peserta didik. Untuk informasi latarbelakang, guru terlebih dahulu menjelaskan elemen cerita untuk membantu anak-anak memahami cerita. Guru memberikan perhatian kepada anak dengan cara berbicara secara analitik sehingga mereka dapat menjadi teladan bagi anak dalam berpikir, memprediksi dan menyimpulkan. Guru harus melibatkan anak dalam dialog tentang story book reading seperti menyelesaikan, mengingat, pertanyaan terbuka dan pertanyaan ajaran contohnya kapan, dimana, apa yang mana dan siapa.Membacakan cerita dalam buku memiliki beberapa kelebihan sekaligus kelemahan yang harus di atasi guru. Keuntungan membaca cerita yaitu: (1) membacakan cerita dalam buku merupakan demonstrasi terbaik bagaimana mencintai buku, (2) buku merupakan sumber ide terbaik, (3) ketika menyimak tulisan anak memiliki lagi kesempatan untuk memprediksi kata dari kelanjutan cerita, (4) gambar dalam buku membantu pemahaman anak, (5) keberadaan buku mendorong anak untuk belajar membaca sendiri begitu kegaitan bercerita selesai. Metode bercerita story book reading berujuan untuk mengenalkan kepada anak huruf-huruf yang membentuk sebuah kata dan mendorong tumbuhnya kesiapan memabaca pada anak.

Cerita dan bercerita kepada orang lain merupakan suatu kompetensi untuk dapat melihat perhatian anak kepada kegiatan bercerita dapat dilakukan dengan cara meminta anak untuk membacakan dan  menceritakan kembali isi cerita dengan bahasa sendiri meskipun tidak selengkap apa yang diceritakan oleh gurunya. Anak diberi kesempatan untuk menyusun kata menjadi kalimat dan menyampaikan. Anak memiliki pengalaman mengucapkan kata dan menceritakan isi cerita dengan bahasa dan gayanya sendiri. Kegiatan ini merupakan suatu hal yang sangat  menarik bagi peserta didik dalam, mengembangkan kemampuan membaca dan bercerita serta mengungkapkan pikiran dan mengoptimalkan perkembangan bahasanya.Proses membaca dapat dilakukan dengan memperhatikan langkah-langkah dalam membaca yang dirinci menjadi tiga tahapyaitu: (1) prabaca (prereading), (2) saat baca (during-reading), (3) pascabaca (postreading). Hal yang harus diperhatikan sebagai berikut.

Tahap prabaca dengan tahap saat baca dan pascabaca, hal ini karena tahap tersebut memerlukan teknik pembelajaran yang berbeda pula tahap prabaca sangat berguna bagi peserta didik. Peserta didik membuat prediksi tentang isi bacaan dan menyusun pertanyaan dan tujuan. Pada tahap prabaca peserta didik diajak untuk menyimak cerita yang dibacakan guru untuk mengaktifkan peserta didik. Sebelum membacakan cerita guru memperlihatkan objek berwarna dan memberikan animasi. Peserta didik menebak kalimat apa yang akan ditampilkan gambar yang ada di depan papan tulis tersebut. Kegiatan membaca dapatdilanjutkandenganmengadakan Tanya jawab berdasarkan antara bergambar sesuai tema pembelajaran saat itu denganstory book reading. Gambar dan tulisan dibuat berwarna dan ukuran lebih besar agar pesetra didik tertarikAktivitas pada tahapsaatbaca ini,merupakan kegiatan setelah prabaca. Kegitan ini dilakukan utuk memperoleh pengetahuan baru dari kegiatan membaca bukuceritadari bacaan. Dalam membaca mahami  tersebut,  peserta didik akan berusaha secara maksimal memahami ceritadaribacaan. Beberapa strategi dan aktivitas yang dapat digunakan pada saat-baca untuk meningkatkan pemahaman tersebut. Strategi dan aktivitas yang dimaksud meliputimata kognitif, cloze procedure dan pertanyaan penuntun. Pada tahap ini peserta didik diberi kesempatan untuk pembinaan dasar-dasar mekanisme membaca. Peserta didik diupayakan mampu untuk memahami dan menyuarakan kalimat sederhana degan lancar. Pada kegiatan ini peserta didik juga didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir melalui pertanyaan. Kegiatan pada tahapan ini disajikan degan menggunakan media Story Book Reading yang ditampilkansecarajelasdenganmenggunakaninfocus di depankelas, setelah itu peserta didik diajak untuk membaca kalimat dari cerita yang ada.

Aktivitas pada tahapan pascabaca, digunakan untuk membantu peserta didik memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam skemata yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkatan pemahaman yang lebih tinggi. Strategi yang bisa digunakan dalam pascabaca dapat berupa pembelajaran pengayaan. Pada tahap ini peserta didik diberi kesempatan menentukan dan menemukan informasi secara utuh dari wacana. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan, menceritakan kembali isi arti yang dibacadengan menggunakan Story Book Reading.Metode bercerita melalui story book reading sangat tepat dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik yaitu kemampuan bercerita pada aspek mendengarkan cerita, menyimak cerita, dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana. Perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya yaitu penerapan metode bercerita melalui story book reading dapat meningkatkan kemampuan bercerita anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa membacakan cerita atau story book reading memiliki dampak positif dalam meningkatkan kemampuan bercerita.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini