Pembelajaran Sejarah Melalui Film Dokumenter  untuk Dukung Integrasi Bangsa

Foto Harian Singgalang
×

Pembelajaran Sejarah Melalui Film Dokumenter  untuk Dukung Integrasi Bangsa

Bagikan opini

Oleh: Siti AisyahMahasiswa Program Doktoral Pascasarjana UNP

Sejarah berperan sebagai pembentukan proses integrasi nasional, tonggak pembangun bangsa, dan senjata utama penguatan nasionalisme. Akan tetapi, penerapan pembelajaran sejarah di sekolah masih kurang inovatif dan hanya mengandalkan kemampuan guru untuk mentransfer ilmu yang dimilikinya sehingga menimbulkan beberapa permasalahan. Seharusnya pembelajaran sejarah dapat membantu peserta didik dalam memahami serta menjelaskan bermacam fenomena kesejarahan yang dikaji. Untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran sejarah. Tenaga pendidik terutama dalam bidang sejarah diharapkan dapat mengembangkan potensi sebagai sumber belajar sejarah, memberikan gambaran tentang peristiwa masa lampau. Potensi inilah yang dapat dijadikan landasan dalam pembelajaran sejarah untuk membangun sikap kesadaran sejarah. Mempelajari sejarah mampu menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Kurangnya kesadaran sejarah berdampak pada kurangnya pengetahuan tentang sejarah yang ada di lingkungan. Pada akhirnya, kesadaran sejarah tidak hanya menjadi penghubung peristiwa kelam di masa lalu, melainkan untuk memetik hikmah dari setiap kejadian di masa lalu sebagai pendorong semangat perjuangan untuk memperkuat rasa cinta tanah air dan identitas bangsa.Untuk mencapai tujuan pembelajaran sejarah, diperlukan upaya inovasi dan kreatifitas dari guru sejarah dengan menggunakan Model Kontekstual Berbasis Masalah (KBM) melalui film dokumenter. Sehingga, pembelajaran sejarah akan lebih menarik dan efektif bagi siswa. Media film dokumenter diharapkan dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran sejarah dan siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Media film dokumenter memungkinkan siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan merasakan peristiwa-peristiwa yang telah lampau, sehingga siswa tahu tentang sejarah bangsanya dan lahirlah sikap nasionalisme dan patriotismenya. Pendekatan pembelajaran kontekstual atau disebut juga dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata, dan  mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. (Asmara, 2020). Model Contextual Teaching and Learning (CTL) mempunyai keunggulan, namun juga memiliki kelemahan. Dengan adanya kelemahan tersebut, maka perlu dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah.

Penelitian ini menggunakan desain research and development (R&D) dan desain instruksionalnya menggunakan model ADDIE (Analisis, Desain, Pengembangan, Implementasi, Evaluasi). Uji coba terbatas dilakukan di Kelas XII  SMA N 2 Padangsidimpuan. Ujicoba diperluas dalam bentuk eksperimen yang dilakukan di SMA N 3 dan 4 Padangsidimpuan.Hasil  penelitian adalah: Adapun sintaks dari model KBM terdiri dari: Student orientation, Visualization Problem, Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring dan Clarification. Adapun prinsip reaksinya adalah: motivasi, memberikan bimbingan, mengkonstruksi, dan memberikan penjelasan. Sistem sosialnya: guru sebagai fasilitator, mentor dan reflektor. Sistem pendukung: Buku model, buku siswa dan buku guru. Dampak penerapan model: dampak intruksionalnya adalah penguasaan pengetahuan siswa dan dampak pengiringnya adalah nasionalisme dan patriotisme. Pada sintak Visualization Problem diputarlah film dokumenter sesuai dengan materi sejarah Indonesia kelas XII tentang upaya bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa. Contohnya materi G30S/PKI, pada saat menonton siswa diberi instruksi oleh gurunya.

Teori pendukung model KBM adalah teori konstruktivisme, dimana siswa mengkonstruksi pengetahuannya melalui pengalaman belajar yang diberikan guru. Implikasi teori konstruktivisme terlihat dalam tahap Cooperating. Setelah siswa menonton film, kemudian masalah yang ditemukan dipecahkan secara berkelompok melalui diskusi bersama. Dengan melihat film G30 SPKI, maka siswa tahu dengan sejarah dan ingat dengan sejarah bangsanya. Siwa juga mengetahui periodesasi sejarah dan berbagai fakta yang ada dan mengetahui sistem pemerintahan yang ada pada saat itu. Model Kontekstual Berbasis Masalah (KBM) menunjukkan bahwa model ini terbukti efektif karena Model KBM mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Belajar bersama temannya, teori Vygotsky (ZPD) mengatakan suatu masalah apabila dikerjakan siswa bergabung dengan teman-temannya, maka kemampuanya menyelesaikan masalah itu lebih tinggi daripada dikerjakannya  sendiri.Artikel ini ditulis oleh Siti Aisyah, berdasarkan disertasi yang ditulis dalam rangka penyelesaian Program Doktor (S-3) pada Program Studi Ilmu Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Padang dengan Promotor Prof. Dr. Azwar Ananda, MA., dan Co-Promotor Dr. Siti Fatimah, M.Hum., M.Pd. (*) 

 

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini