Gunung Kartu Pos Itu, Elok Dijangkau

×

Gunung Kartu Pos Itu, Elok Dijangkau

Bagikan berita
Foto Gunung Kartu Pos Itu, Elok Dijangkau
Foto Gunung Kartu Pos Itu, Elok Dijangkau

Laporan Khairul Jasmi dari JepangSemalam tak terlihat, pagi ini Kamis (17/1) Fuji muncul gagah, seolah hendak menyergap. Gunung kartu pos itu, seperti bisa dijangkau saja. Berselimut salju, kerucut setinggi 3.776 mdpl itu, memantul di muka danau Kawaguchiko, yang berair tenang.

Bagi saya yang baru pertama ke sana, panorama ini luar biasa, karena gunung dan danau terlalu dekat. Bonusnya salju.Gunung  dan danau di kakinya, sebuah panorama yang selalu jadi lukisan anak SD di negeri kita. Di sini justru disuguhkan alam dengan sempurna. Sekira pukul 06.00 pagi dari jendela kaca kamar hotel di lantai lima saya memotret berkali-kali. Di luar suhu minus 2 derajat, tapi beberapa ekor itik di danau berenang dengan nyaman. Di seberang sana cahaya lampu dari rumah warga dan hotel memantul di muka danau.

Jalan selingkar danau sepi, saya sudah berada di luar memandang kiri dan kanan. Ruang sarapan hotel belum buka juga.Sekitar pukul 7 pagi, Fuji dan danaunya kian molek, sinar matahari menyising memanjat Fuji, terlibat dari balik bukit berpinus.

Pagi itu gunung dan danau benar-benar seperti dalam kartu pos. Saya nikmati panorama ini, entah kapan bisa datang lagi. Datang sekali ini, adalah rahmat Tuban, untuk melihat alam buatanNya di negeri orang.Kereta peluru

Dari tepi danau ini kami beranjak menuju stasiun Hamamatsucho. Saya sudah lama mendengar kehebatan kereta api di negeri Sakura itu. Kehebatannya itulah yang menyebabkan negara lain hormat pada Jepang. Tentu banyak hal lainnya yang membuat negara ini menjadi terkenalDari stasiun naik kereta peluru hendak ke Kyoto. Inilah kereta cepat Shinkansen yang beroperasi sejak 1964. Dinamai kereta peluru karena cepat.

Tepat waktu. Bersih. Nyaman. Adem. Tidak ada garagapuka di sambungan rel. Tak lama benar kereta melewati Nagoya, selama ini pula sampai di Kyoto lewat Nagoya total 45 menit. Jika lewat tol perlu waktu 5,5 jam.Di negeri serba otomatis ini, saya cucukan karcis kereta, seperti ke lubang pipih mesin ATM. Masuk di sini, mencogok di sana, ambik lagi, berjalanlah menuju peron. Dan kereta pun berangkat.

Di kereta yang berjalan bagai peluru itu, penumpang duduk dalam diam. Sejumlah orang membaca, yang lain, mendengar musik di HP ditalikan ke telinga.Kini tiba di Kyoto, stasiun hub, terbesar kedua di negara Matahari terbit tersebut. Di sini ada mall, hotel dan bioskop. Segala ada. Kyoto adalah kota seni dan sejarah karena luput dari bom atom saat Perang Dunia II.

Kami ke Kiyomizu Temple. Ramai bukan main. Jalan ke sana bagai Pasa Lereang, Bukittinggi. Bedanya ini toko-tokonya rapi dan tak ada pedagang yang menyesak-nyesak ke jalan.Di kuil ini, Kyoto terlihat jelas. Dari sini pula kita merasa di atas awan, sebab tinggi. Ribuan orang datang ke sana berwisata dam belanja. (***)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini